Sabtu, 30 Januari 2010

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS KISNO_UNILA




PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( CLASSROOM ACTION RESEARCH)



PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN BERBASIS PORTOFOLIO DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS
PADA SISWA KELAS IV C SD NEGERI I METRO UTARA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010





Oleh :

K I S N O













PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
UPP METRO
2009



HALAMAN PERSETUJUAN



PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

1. 1. Judul Penelitian

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DAN BERBASIS PORTOFOLIO DENGAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) PADA SISWA KELAS VA SDN I METRO UTARA KOTA METRO TAHUN 2009
2. Peneliti
a. Nama
b. Jenis Kelamin
c. NPM
d. Fakultas/Jurusan
e. Institut/Universitas
f. Alamat Rumah; Nomor telfon/HP; E-Email:

Kisno
Laki-Laki
0613053037
KIP/S-I PGSD
Universitas Lampung
Jl. Soekarno Hatta no.126 Margorejo Metro Barat Hp.0813 6928 6956
Email: Aakis_nolsatu@yahoo.co.id
3. Lama Penelitian
4 Bulan/Bulan November hingga Februari

Metro, 11 November 2009
Pelaksana




K i s n o
NPM 0613053037

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II




Dra. Hj. Asmaul Khair , M. Pd. Drs. Siswantoro, M.Pd
NIP. 195209191978032002 NIP 195409291984031001




PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)


A. Judul Penelitian : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN BERBASIS PORTOFOLIO DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV C SD NEGERI I METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

B. Bidang Kajian

Bidang kajian yang akan diperbaiki adalah Supervisi Akademik dalam pembelajaran. Mengkaji tentang masalah-masalah belajar siswa di kelas, desain dan strategi pembelajaran, media dan sumber belajar, sistem evaluasi, dan pengembangan pribadi peserta didik melalui Penerapan Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio.
C. Latar Belakang Masalah

Salah satu tantangan mendasar dalam pelajaran IPS dewasa ini adalah mencari strategi proses pembelajaran inovatif yang memungkinkan bagi peningkatan mutu pendidikan IPS. Hal ini dirasakan mendesak seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Karena pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilannya.
Pendidikan bertujuan untuk mencapai kepribadian suatu individu yang lebih baik dan berketuhanan. Pendidikan mengemban tugas untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, religious, manusia yang lebih berkebudayaan, dan manusia yang memiliki kepribadian yang lebih baik (Munib, 2004:29). Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan perkembangan peningkatan kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah selalu merevisi kurikulum yang sudah ada selaras dengan perkembangan zaman, begitu pula dengan model pembelajaran yang diterapkan selalu mengalami perkembangan.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, membuka kemungkinan peserta didik (siswa) tidak hanya belajar di dalam kelas yang dibimbing oleh guru saja, akan tetapi peserta didik dapat belajar dari luar kelas seperti dari lingkungan masyarakat, pakar atau ilmuwan, birokrat, media cetak maupun media elektronik, serta sarana-sarana lain yang ada di sekitar kita. Dengan belajar seperti itu, peserta didik akan lebih berkembang dan lebih leluasa menuangkan gagasan yang dibangun berdasarkan informasi dari berbagai sumber.
Dalam proses pembelajaran, suasana atau iklim belajar mengajar harus dapat diciptakan, sehingga dapat memotivasi siswa agar senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Untuk dapat menciptakan suasana atau iklim belajar mengajar tersebut, seorang guru harus dapat menggunakan berbagai metode didalam pengajarannya yang dapat menarik perhatian siswa. Sebagaimana diketahui bahwa metode mengajar merupakan sarana interaksi guru dengan siswa di dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah ketepatan metode mengajar yang dipilih dengan memperhatikan tujuan, jenis, sifat materi pelajaran dan kemampuan guru dalam memahami dan melaksa-
sanakan metode tersebut (Usman dan Setyawati, 1993:120).
Pendidikan sosial yang diterapkan di sekolah sering kali berkesan kurang menarik bahkan membosankan. Model serta teknik pengajarannya juga kurang menarik. Apa yang terjadi di kelas, biasanya guru memulai pelajaran bercerita, atau bahkan membacakan apa yang tertulis dalam buku ajar dan akhirnya langsung menutup pelajaran begitu bel akhir pelajaran berbunyi. Tidak mengherankan di pihak guru sering timbul kesan bahwa mengajar IPS itu mudah. Akibatnya nilai-nilai yang terkandung dalam Ilmu Pendidikan Sosial tidak dapat dipahami dan diamalkan peserta didik (Soewarso, 2000:1-2).
Hal serupa juga dikatakan Suharya (2007:1) dalam http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/cgi-bin/library?e=d-00000-00---0skripsi--00-1--0-10-0---0---0prompt-10---4-------0-1l--11-en-50---20-about---00-3-1-00-11-1-0utfZz-8-00&a=extlink&rl=0&href=http:%2f%2fwww.duniaguru.com, yang menyebutkan bahwa pelajaran IPS, sering disebut sebagai pelajaran hafalan dan membosankan. Pembelajaran ini tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa yang harus diingat kemudian diungkap kembali saat menjawab soal ujian, akibatnya pelajaran IPS kurang diminati oleh siswa. Pembelajaran IPS jika hanya disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan membosankan. Dalam hal ini diperlukan oleh seorang guru untuk mempertimbangkan model pembelajaran lain yang efektif, tepat dan menarik. Pengalaman yang diperoleh siswa dari hasil pemberitahuan orang lain seperti hasil dari penuturan guru hanya akan mampir sesaat untuk diingat dan setelah itu terlupakan. Oleh karena itu, dalam konteks kurikulum yang berlaku saat ini di SD, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) , membelajarkan siswa tidak cukup hanya dengan memberitahukan, akan tetapi mendorong siswa untuk melakukan suatu proses melalui berbagai aktivitas yang dapat mendukung terhadap pencapaian kompetensi.
Model pembelajaran dalam pendidikan sosial secara teoritis sebenarnya dapat dipilih dari sekian banyak model pembelajaran yang tersedia. Para guru hendaknya mempunyai kemampuan di dalam memilih model yang tepat untuk setiap pokok bahasan. Selain itu pembelajaran IPS juga dapat menggunakan media pengajaran yang bermacam-macam diantaranya menampilkan gambar, film, peta dan lainnya untuk menambah pemahaman terhadap data visual.
Paradigma baru pendidikan sosial menghendaki dilakukan inovasi yang terintegrasi dan berkesinambungan. Salah satu wujudnya adalah inovasi yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kebiasaan guru dalam mengumpulkan informasi mengenai tingkat pemahaman siswa melalui pertanyaan, observasi, pemberian tugas dan tes akan sangat bermanfaat dalam menentukan tingkat penguasaan siswa dan dalam evaluasi keefektifan proses pembelajaran. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyiapkan dan merancang model pembelajaran yang akan dilakukannya seiring dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan tujuan nasional secara umum dan tujuan Pendidikan IPS pada khususnya, yang pada prinsipnya bertujuan mendidik dan membimbing siswa menjadi warga negara yang baik, yang bertanggung jawab, baik secara pribadi, sosial / masyarakat, bangsa dan negara bahkan sebagai warga dunia.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio. Dalam model pembelajaran dan penilaian ini siswa dituntut untuk berpikir cerdas, kreatif, partisipatif, prospektif dan bertanggung jawab. Portofolio merupakan suatu kumpulan pekerjaan peserta didik dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Panduan-panduan itu beragam bergantung pada mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio (Fajar, 2004:47). Biasanya portofolio merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dalam model pembelajaran dan penilaian ini setiap portofolio berisi karya terpilih dari satu kelas siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif memilih, membahas, mencari data, mengolah, menganalisa dan mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang dikaji. Model pembelajaran dan penilaian berbasis portofolio merupakan suatu bentuk dari praktik belajar, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik-empirik. Praktik belajar ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab, dan partisipasi siswa, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum, memberanikan diri untuk berperan serta dalam kegiatan antar siswa, antar sekolah, dan antar anggota masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SD Negeri 1 Metro Utara yang telah dilaksanakan Observasi dalam Program Pengenalan Pelaksanaan Pembelajaran Kompetensi Akademik (P4KA) dari tahun 2006. Dimana hasil laporan akhir dalam pelaksanaan observasi tersebut telah diseminarkan oleh 10 (sepuluh) kelompok team observasi dari sepuluh SD Negeri di Kota Metro secara detail. Setelah melihat dan mendengar pemaparan dari kelompok-kelompok team observasi yang melakukan presentasi, dan setelah melakukan kunjungan observasi di 9 (sembilan) SD Negeri (di luar SD Negeri I Metro Utara) sebagai perbandingan, maka peneliti merasa lebih mantap untuk melakukan penelitian di SD Negeri I Metro Utara. Hal tersebut mengingat:
1). Suasana keakraban dan kekeluargaan mulai terbangun diantara warga SD Negeri I Metro Utara yang meliputi: Kepala Sekolah, dewan guru, staf, siswa/i dan lingkungan kantin yang ramah; 2). Lingkungan psikososial kelas yang lebih memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan penerapan model pembelajaran dan penilaian berbasis portofolio; 3). Sepanjang pengamatan peneliti, dalam penelitian ini akan banyak mengalami kemudahan-kemudahan dalam memperoleh data-data penelitian. Hal tersebut tentunya akan memperlancar jalannya pelaksanaan penelitian sebagaimana yang diharapkan.
Penelitian tersebut akan dilaksanakan di kelas IV C SD Negeri I Metro Utara pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan pokok bahasan ”Persebaran Sumber Daya Alam di Lingkungan setempat”. Hal ini disebabkan karena nilai rata-rata kelas IV C pada mata pelajaran IPS baru mencapai 55 %, hal tersebut tentu merupakan nilai yang tergolong rendah. Padahal dalam pembelajaran Ilmu pengetahuan Sosial, guru sering melaksanakan latihan-latihan soal dan melakukan diskusi, kemudian tanya jawab sebagai interaksi antara guru dengan siswa dalam melaksanakan pembelajarannya. Namun meskipun demikian, perubahan kearah yang lebih baik belum terlihat secara nyata, baik ditinjau dari pengetahuan, sikap, maupun ketrampilannya. Karena perubahan membutuhkan proses yang tidak berlangsung secara kilat, akan tetapi secara bertahap.
Untuk dapat meningkatkan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial, yang dapat mempengaruhi kognif, afektif, dan psikomotor anak agar dapat berubah ke arah yang lebih baik, sepertinya harus ada suatu model yang inovatif. Tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi anak yang sebenarnya mempunyai minat dan daya nalar yang luar biasa. Tentunya hal-hal yang dapat diarsipkan atau didokumentasikan oleh anak didik, guru dan orang tua yang ikut terlibat aktif dalam kemajuan anak didiknya untuk menggapai prestasi yang tinggi. Disamping itu juga, bisa membuat anak lebih percaya akan kemampuan dirinya. Untuk itu penulis bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio dalam Peningkatan Prestasi Belajar IPS pada Siswa Kelas IV C SD Negeri 1 Metro Utara Tahun Pelajaran 2009/2010”. Penelitian ini juga dimaksudkan sebagai Penelitian Tindakan Kelas, dimana peneliti bermaksud menerapkan model portofolio sebagai peningkatan prestasi belajar siswa di SD Negeri I Metro Utara pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hasil observasi, didapat bahwa hanya 40% saja siswa yang memiliki kesiapan yang cukup untuk belajar dikelas, sehingga dapat mengikuti secara aktif dalam setiap proses pembelajaran.
Hasil tersebut terlihat dari aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan pada guru dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Proses pembelajaran selama ini dirasa kurang hidup, siswa selalu ribut, risau dan gelisah manakala melihat dan mendengar kelas lain yang pulang atau istirahat terlebih dahulu. Hal tersebut terjadi, kemungkinan karena guru belum maksimal dalam mengajar dan masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional, yaitu ceramah yang monoton dan kurang bervariasi. Selain memang peserta didiknya yang mungkin mempunyai kemampuan yang lemah dalam menerima pelajaran. Sedangkan kompetensi yang harus dikuasai siswa kelas IV secara umum, setelah melakukan proses pembelajaran Pengetahuan Sosial tentang pokok bahasan ”Sumber Daya Alam” adalah kemampuan memahami tentang persebaran Sumber Daya Alam di lingkungan setempat ”.
Selain mata pelajaran IPS, sebenarnya masih ada beberapa mata pelajaran yang perlu dilakukan penelitian dalam rangka perbaikan dalam pembelajaran, namun pada kesempatan ini peneliti mengawali penelitian dari mata pelajaran IPS terlebih dahulu, karena basic dari peneliti sendiri adalah jurusan ilmu sosial. Untuk kesempatan yang akan datang peneliti ingin melakukan penelitian selain dari mata pelajaran IPS, karena peneliti sendiri adalah mahasiswa calon guru sekolah dasar yang ingin membuat peserta didik mengalami peningkatan dalam setiap pembelajaran. Berikut disajikan tabel daftar nilai murni hasil UAS kelas IVC SD Negeri I Metro Utara:
Tabel.1.1 Daftar nilai murni rata-rata kelas IVC SD Negeri I Metro Utara pada Ujian Akhir Semester 1 Tahun Pelajaran 2009/2010:
No.
No. Induk
Nama Siswa
Nama Mata Pelajaran


PKn B.Ind Mtk IPA IPS B.Ing
1
4573
Alda Sulistya
6,5 5,5 4,5 6,7 5,0 3,5
2
4575
Bagas Kurniawan
6,0 5,8 4,5 6,5 5,6 4,8
3
4622
Diani Ardiani Wulandari
6,5 5,8 5,6 7,0 4,5 5,0
4
4576
Diki Ramadhan
6,1 5,0 4,1 6,5 5,5 5,5
5
4476
Edi Saputera
6,8 6.0 5,8 6,8 6,0 5,0
6
4578
Febi Tri Wijayanto
6,8 6,9 5,8 7,5 6,0 5,0
7
4417
Fitra Joko Saputera
6,2 5,8 4,8 6,2 5,5 4,7
8
4504
Galih Setiawan
4,6 4,1 3,9 5,8 4,5 4,5
9
4580
Hendra Febriansyah
5,0 5,8 4,8 6,5 5,3 4,8
10
4489
Mona Verayani
5,5 5,0 3,5 5,5 5,1 3,6
11
4509
M. Oki Saputera
6,8 6,5 5, 6,6 6,0 5,3
12
4512
Oktavia Dwi Puspita
6,0 5,8 5,3 6,0 5,5 5,6
13
4557
Nurlia Sagita
7,0 6,9 6,7 8,0 6,7 6,8
14
4595
Rapli Aldi Saputera
6,6 6,7 5,8 6,8 6,5 5,5
15
4501
Reny Eriyanti
5,5 5,0 5,0 5,9 4,5 4,2
16
4599
Shella Sapitri
6,8 5,6 5,5 6,7 6,0 5,8
17
4518
Siti Sopiana
6,9 6,8 6.9 7,8 7,0 6,0
18
4622
Sulthon Falih
6,8 7,1 7,8 8,5 7,0 7,6
19
4601
Tio Ermawan
6,0 6,0 6,0 6,8 6,2 5,8
20
4519
Vicky Vernando
4,2 4,2 2,1 5,0 4,0 3,0
21
4498
Viki Vrasetyo
5,0 5,6 3,4 6,0 4,5 4,2
22
4621
Vikri Arista Ardiansyah
5,5 6,5 5,9 6,6 5,0 5,9
23
4583
Yudi Maulana
6,0 6,1 5,0 6,0 5,0 5,1


Jumlah Nilai Kelas
1391 1345 1183 1518 1269 1172


Rata-rata Kelas
6,0 5,8 5,1 6,6 5,5 5,1


Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
6,6 6,7 6,0 6,7 6,6 6,0

(Sumber: Sulistyoningsih.Daftar nilai murni UAS Kelas IV C SDN I Metro Utara T.P. 2009/2010)
Dari uraian tentang mata pelajaran Pengetahuan Sosial diatas, sangatlah tepat apabila dalam praktek kegiatan pembelajarannya menerapkan model portofolio, baik portofolio sebagai model pembelajaran maupun portofolio sebagai model penilaian. Hal ini merupakan suatu alternatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan pembelajaran ini siswa dihadapkan dengan permasalahan sehari-hari dan berusaha untuk mencari alternatif pemecahannya. Dengan kata lain melalui pembelajaran ini mendekatkan konsep yang dipelajari pada objek secara nyata seperti yang dikehendaki pada pendekatan mata pelajaran Pengetahuan Sosial diatas. Disamping itu, melalui model pembelajaran dan penilaian portofolio diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, pengertian, pemahaman, dan daya nalar siswa yang semakin kreatif kritis-analitik, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar. Karena dalam proses pembelajaran selama ini siswa kurang tertarik, sehingga siswa merasa jenuh dan kurang memiliki minat pada pelajaran IPS. Dengan demikian suasana kelas cenderung pasif dan banyak diam, sedikit sekali siswa yang bertanya pada guru meskipun meteri yang diajarkan belum dapat dipahami, akibatnya pada saat diadakan tes, nilai siswa yang diperoleh sangat rendah.
Hasil dari refleksi guru kelas yang mengajarkan mata pelajaran IPS di SD Negeri 1 Metro Utara membuat hipotesis bahwa rendahnya hasil belajar siswa tersebut pada umumnya disebabkan oleh sulitnya memahami konsep-konsep materi pelajaran IPS. Disamping itu, guru juga menyadari bahwa dalam pengajarannya kurang memberikan contoh-contoh konkrit tentang materi yang disampaikan, sehingga menyebabkan minat belajar siswa berkurang. Oleh sebab itu diperlukan suatu model dan pendekatan dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa untuk menggapai prestasi yang tinggi.

D. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat diidentifikasi bahwa rendahnya aktivitas, minat, dan hasil untuk menggapai prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV C SD Negeri I Metro Utara disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
Pembelajaran IPS di kelas IV C oleh guru belum menggunakan model pembelajaran dan Penilaian berbasis portofolio.
Pembelajaran bersifat konvensional sehingga siswa cenderung pasif, bertanya yang tidak perlu dan materi bersifat tertulis.
Siswa jarang mempraktekkan langsung pelajaran yang telah diberikan.
Siswa selalu ribut, risau dan gelisah manakala melihat dan mendengar kelas lain yang pulang atau istirahat terlebih dahulu.

E. Perumusan dan Pemecahan Masalah

Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dirumuskan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah aktivitas siswa kelas IVC SD Negeri I Metro Utara tahun Pelajaran 2009/2010 dalam proses pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran dan penilaian berbasis portofolio?
2. Apakah melalui penerapan model pembelajaran dan Penilaian berbasis portofolio dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IVC SD Negeri I Metro Utara Tahun Pelajaran 2009 / 2010 ?

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pelaksanaan pembelajaran melalui Penerapan model pembelajaran dan penilaian berbasis portofolio.
2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran dan penilaian berbasis portofolio terhadap prestasi belajar IPS pada siswa kelas IVC SDN I Metro Utara Tahun Pelajaran 2009/2010.
3. Meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa dalam pencapaian prestasi belajar IPS pada siswa kelas IVC di SD Negeri 1 Metro Utara.
4. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesionalisme guru dalam pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran dan penilaian berbasis portofolio

G. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tentang Penerapan model pembelajaran dan penilaian berbasis portofolio dalam peningkatan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IVC SD Negeri 1 Metro Utara tahun pelajaran 2009/2010 ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
Apabila penelitian ini dapat diterima kebenarannya oleh Guru, Kepala Sekolah, para tenaga kependidikan dan peneliti lainnya, diharapkan dapat menambah khasanah pustaka kependidikan dan memberikan sumbangan informasi, yang selanjutnya dapat memberi motivasi penelitian tentang masalah sejenis guna penyempurnaan penelitian ini. Dengan demikian kemanfaatan dari penelitian ini benar-benar dapat dirasakan.

2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa:
Melalui penerapan model pembelajaran dan Penilaian berbasis portofolio diharapkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS meningkat.
b. Manfaat bagi guru:
Penerapan Model pembelajaran dan Penilaian berbasis portofolio dapat dijadikan salah satu alternatif mengajar oleh guru dalam proses pembelajaran IPS, serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan prestasi belajar IPS dan mata pelajaran lain.
c. Manfaat bagi sekolah:
Dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna untuk peningkatan nilai pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah Dasar yang bersangkutan.

H. Ruang Lingkup

Prestasi belajar IPS dalam penelitian ini diperoleh setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui Penerapan Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis portofolio, yang diukur melalui evaluasi dan observasi terhadap kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan) siswa dengan tes objektif. Untuk itu perlu adanya pembatasan materi dari pokok bahasan ”Sumber Daya Alam (SDA) di Lingkungan setempat” yang akan disampaikan dalam pembelajaran.
Adapun batasan materi dari pokok bahasan yang akan disampaikan dalam pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Macam-macam Sumber Daya Alam
2. Manfaat Sumber Daya Alam
3. Persebaran Sumber Daya Alam, dan
4. Usaha menjaga kelestarian Sumber Daya Alam.
Melalui pembelajaran yang dilaksanakan, diharapkan siswa memiliki kemampuan memahami materi yang diajarkan.

I. Kajian Pustaka

1. Pengertian Belajar
Pengertian Belajar dalam persepektif agama, khususnya Islam, belajar adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan agar memperoleh ilmu pengetahuan (Abin, 2003:59). Tidak ada satu pun agama, termasuk Islam, yang menjelaskan secara rinci dan operasional mengenai proses belajar, proses kerja sistem memori (akal), dan proses dikuasainya pengetahuan dan keterampilan oleh manusia. Namun Islam, dalam hal penekanannya terhadap signifikansi fungsi kognitif (akal) dan fungsi sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk belajar, sangat jelas. Kata-kata kunci, seperti ya’qilun, yatafakkarun, yubshirun, yasma’un, dan sebagainya yang terdapat dalam Al-Qur’an, merupakan bukti betapa pentingnya penggunaan fungsi ranah cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengetahuan (Syah, 2007 : 98-99).
Berikut ini adalah kutipan firman-firman Allah dan Hadist Nabi S.A.W, baik yang secara eksplisit maupun implisit mewajibkan orang untuk belajar dan meraih ilmu pengetahuan:
a. Allah berfirman,...apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang-orang berakallah yang mampu menerima pelajaran (Q.S. Al-Zumar : 9)
b. Allah berfirman, dan janganlah kamu membiasakan diri pada apa yang tidak kamu ketahui...(Q.S. Al-Isra : 36).
c. Dalam hadist riwayat Ibnu ’Ashim dan Thabrani, Rasulullah SAW.bersabda, wahai sekalian manusia, belajarlah! Karena ilmu pengetahuan hanya didapat melalui belajar...(Qardhawi, 1989 dalam Syah, 2007:121).
Pada dasarnya umat manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, tidak berilmu pengetahuan. Akan tetapi Tuhan memberi potensi yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri. Potensi-potensi tersebut terdapat dalam organ-organ fisio-psikis manusia yang berfungsi sebagai alat-alat penting untuk melakukan kegiatan belajar. Adapun ragam alat fisio-psikis itu, seperti yang terungkap dalam beberapa firman Tuhan, adalah sebagai berikut:
1.Indera penglihat (mata), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual.
2.Indera pendengar (telinga), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal.
3.Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan, dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif).
Alat-alat yang bersifat fisio-psikis itu dalam hubungannya dengan kegiatan belajar merupakan subsistem-subsistem yang satu sama lain berhubungan secara fungsional. Dalam surat Al-Nahl : 78 Allah berfirman: ” Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa,dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan afidah (daya nalar), agar kamu bersyukur.”
Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology : The Teaching-Learning proces, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya bahwa belajar adalah ... a process of progressive behavior adaptation. Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang maksimal apabila ia diberi penguat /reinforcer (Syah, 2007: 101)
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa. Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa. Definisi belajar yang ditemukan Thorendike adalah perubahan yang terus menerus dan perilaku yang tumbuh sebagai hasil dari persyaratan/ kondisi (Syah, 2007 : 143)
Menurut Waston (dalam Winkel, 1986:4) belajar dipandang sebagai jalan menanamkan sejumlah ikatan antara perangsang dan reaksi (asosiasi-asosiasi tunggal) dalam sistem susunan saraf. Menurut Winkel (1986:15) belajar merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman keterampilan nilai sikap yang bersifat konstan/menetap. Belajar yang sering disebut sebagai model perseptual, dan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar.
Adapun pengertian belajar menurut Hamalik (1983 : 45-46) adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Beberapa rumusan belajar menyimpulkan hal-hal pokok yang menyangkut belajar sebagai berikut:
1. Belajar membuat perubahan dalam arti perubahan prilaku aktual maupun potensial.
2. Perubahan itu pada dasarnya didapat dari kecakapan baru. Perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.



2. Pengertian Aktivitas Belajar
Menurut Pendapat WS. Winkel (1983:48) menyatakan bahwa aktivitas belajar atau kegiatan belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai. Abdurrahman (dalam Azwar, 2006:34) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa baik kegiatan jasmani maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan belajar.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang melibatkan kerja fikiran dan badan terutama dalam hal kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh siswa, diharapkan siswa akan semakin memahami dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Dengan demikian prestasi belajar siswa akan meningkat. Karena Salah satu tujuan pembelajaran melalui model pembelajaran dan penilaian berbasis portofolio adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Nashar (2003:59) Hasil belajar adalah kemampuan nyata yang didapat langsung dan diukur dengan tes tertentu yang dapat dihitung hasilnya. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil dari proses pembelajaran yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh siswa melalui interaksi dengan lingkungan dan suatu kondisi pembelajaran tertentu.
Menurut Slameto (1995:29) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: faktor yang berasal dari luar (eksternal) dan faktor yang berasal dari dalam (internal). Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal harus memperhatikan faktor yang berasal dari luar (eksternal) yaitu: 1) Faktor sosial, 2) Faktor budaya, 3) Faktor lingkungan fisik, 4) Faktor lingkungan spiritual. Sedangkan faktor yang berasal dari dalam yaitu: 1) Faktor jasmaniah (fisiologi), 2)Faktor-faktor psikologi, dan 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

4. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi menurut Poerwadarminta (2002:768) adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Menurut Winkel (1991:162), prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai.
Prestasi Belajar menurut Natawidjaja dan Moleong (1985:7) adalah “suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang”. Hamalik (2003:52) mengatakan Prestasi belajar adalah modifikasi untuk memperkuat tingkah laku melalui pengalaman dan latihan serta suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang siswa setelah mengikuti pelajaran di sekolah sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dengan melihat hasil penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh guru setelah mengikuti asessment atau penilaian dalam evaluasi. Penilaian dan evaluasi ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa yang merupakan tujuan dari pembelajaran.
Prestasi menurut Hamalik (1983: 84) adalah ”Perubahan tingkah laku yang diharapkan kepada murid setelah diadakan proses belajar mengajar”. Sedangkan menurut Yusuf (dalam Azwar, 1998: 24) prestasi adalah ”tingkat kepandaian keterampilan yang telah dicapai setelah melakukan suatu kegiatan pekerjaan atau latihan itu sendiri”. Prestasi belajar merupakan hasil dari usaha siswa yang dapat dicapai saat dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap berbagai hal yang pernah dilaksanakan/diajarkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Surahman (dalam Sujana, 1995:68) bahwa dengan kerja keras maka seorang siswa akan mendapatkan hasil yang optimal.
Dengan demikian dapat diperoleh gambaran yang nyata tentang pencapaian program pembelajaran secara keseluruhan. Dalam menciptakan kondisi belajar yang optimal, hingga siswa dapat belajar dengan baik dan dapat meraih prestasi belajar yang tinggi, sangat dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor penunjang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: 1). Faktor yang berasal dari siswa itu sendiri. 2). Faktor yang berasal dari ligkungan sekolah. 3). Faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat.
Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh Faktor-Faktor sebagai berikut:
a. Faktor Intern
1) Jasmani
Prestasi belajar ditentukan adanya struktur tubuh, panca indra (indra penglihatan, indra penciuman, indra pendengaran, indra peraba, indra perasa), dan lain sebagainya
2) Psikologis
Kecerdasan, bakat, minat, kecakapan, sikap, dan motivasi juga menentukan prestasi belajar.
3) Kematangan Fisik dan Psikis
Prestasi belajar dan kemampuan belajar seseorang juga ditentukan oleh kematangan fisik dan psikis orang tersebut.
b. Faktor Ekstern
1) Lingkungan Keluarga
Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh cara mendidik anak oleh orang tua di rumah, latar belakang pendidikan orang tua, tingkat ekonomi keluarga, dan sebagainya.
2) Lingkungan Sekolah
Di sekolah, prestasi belajar dipengaruhi oleh cara belajar, metode mengajar yang diterapkan oleh guru, kurikulum yang berlaku, sikap guru, evaluasi dan penilaian yang diterapkan, administrasi sekolah yang meliputi sarana dan prasarana pembelajaran, dan lain-lain.
3) Lingkungan Masyarakat
Prestasi belajar dipengaruhi oleh adat-istiadat setempat, budaya yang berlaku, pergaulan dalam masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Prestasi belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh beberapa perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dengan lingkungannya.
5. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, yang terdiri dari dua bahan kajian pokok yaitu pengetahuan sosial dan sejarah. Pengetahuan sosial mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi, dan tata negara. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan dan proses perubahan masyarakat Indonesia dan dunia sejak masa lalu hingga masa kini. IPS merupakan bidang studi yang terdiri dari bagian-bagian ilmu sosial yang dipadukan untuk keperluan pendidikan di sekolah (Wiryohandoyo 1998 dalam Supriatna dkk, 2007:2).
Pengetahuan Sosial merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang. (Tim Penyusun Depdiknas, 2003:1). “Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari proses perubahan kehidupan manusia dan lingkungannya melalui dimensi waktu dan tempat yang mencakup aspek politik, sosial, ekonomi, budaya, geografi dan lain-lain” (Soewarso: 2000: 9).
IPS Sejarah adalah suatu mata pelajaran yang menanamkan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga kini. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mempunyai fungsi dan tujuan sebagai berikut:
a.Fungsi IPS
Fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang terdapat dalam pengetahuan sosial berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan (kognitif), nilai, sikap (afektif) dan keterampilan sosial (social psikomotor) peserta didik agar dapat direfleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Supriatna dkk, 2007: 9)
b.Tujuan IPS
1) Mengembangkan pengetahuan kesejarahan
2) Mengembangkan kemampuan berpikir, inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial
3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan
4) Meningkatkan kemampuan berkompetisi dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional
6. Pengertian Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. (Depdiknas, 2002:3) Berdasarkan uraian tersebut, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam KTSP.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menemukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.


7. Pengertian Portofolio
Portofolio berasal dari bahasa Inggris “portfolio” yang artinya dokumen atau surat-surat. Dapat diartikan juga sebagai kumpulan kertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. Pengertian portofolio disini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan bergantung mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio. Biasanya portofolio merupakan karya terpilih dari seorang siswa. Tetapi, dalam model pembelajaran ini setiap portofolio berisi karya terpilih dari satu kelas siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif memilih, membahas, mencari data, mengolah, menganalisa, dan mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang dikaji (Fajar, 2004:47).
Menurut Budimansyah (2002:1) portofolio sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjective. Sebagai wujud benda fisik portofolio adalah bundel, yakni kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan siswa yang disimpan pada suatu bundel. Sebagai suatu proses sosial pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran siswa baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun nilai dan keterampilan (skill). Sebagai suatu adjective portofolio sering disandingkan dengan konsep lain, misalnya konsep pembelajaran dan penilaian. Jika disandingkan dengan pembelajaran maka dikenal dengan istilah pembelajaran berbasis portofolio, sedangkan jika disandingkan dengan penilaian maka dikenal istilah penilaian berbasis portofolio. Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur.
Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa (Rusoni 2001:1).
8. Portofolio Dalam Pembelajaran dan Penilaian
Pada dasarnya portofolio sebagai model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar sehingga memiliki kemampuan mengorganisir informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam tugas -tugasnya. Portofolio sebagai model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu kumpulan pekerjaan peserta didik dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Panduan-panduan ini beragam bergantung pada mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio itu sendiri. Portofolio biasanya merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dapat juga berupa karya terpilih dari suatu kelas secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan untuk mengatasi masalah.
Fajar (2004:48) menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran portofolio sebagai berikut : 1) mengidentifikasi masalah dalam masyarakat; 2) memilih suatu masalah untuk dikaji di kelas 3); mengumpulkan informasi yang terkait; 4) membuat portofolio kelas; 5) menyajikan portofolio / dengar pendapat ;6) melakukan refleksi pengalaman belajar. Dalam setiap langkah, siswa belajar mandiri dalam kelompok kecil dengan fasilitas dari guru dan menggunakan ragam sumber belajar di sekolah maupun di luar sekolah (masyarakat).
Sumber belajar atau informasi dapat diperoleh diantaranya dari manusia (pakar, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan lain-lain);kantor penerbitan surat kabar, bahan tertulis, bahan terekam, TV, radio, situs sejarah, artifak, dan lain-lain. Disitulah berbagai keterampilan dikembangkan seperti membaca, mendengar pendapat orang lain, bertanya, mencatat, menjelaskan, memilih, merancang, merumuskan, membagi tugas, memilih pimpinan, berargumentasi dan lain-lain. Berbagai metode pembelajaran dapat digunakan dalam pembelajaran dan penilaian berbasis portofolio. Metode tersebut diantaranya metode inkuiri, diskusi, pemecahan masalah (problem solving), E-Learning, VCT (Value Clarivication Technique), dan bermain peran.

Strategi pelaksanaan pembelajaran ini dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan dan daya kreativitas guru. Portofolio merupakan koleksi dari pekerjaan‑pekerjaan siswa sebagai bukti kemajuan siswa atau kelompok siswa, bukti prestasi, keterampilan, dan sikap siswa. Portofolio menampilkan pekerjaan siswa yang terbaik atau karya siswa yang paling berarti sebagai hasil kegiatannya, sehingga mengilustrasikan kemajuan belajar siswa. Portofolio merupakan satu cara agar dalam diri siswa tumbuh kepercayaan diri bahwa dia mampu mengerjakan tugas. Dengan tumbuhnya kepercayaan diri pada diri siswa diharapkan dapat memotivasinya untuk mencari pengetahuan dan pemahaman sendiri serta berkreasi dan terbuka ide‑ide baru yang mereka lakukan dalam kegiatan pembelajarannya.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan portofolio siswa, diantaranya:
1). Asesmen portofolio dilakukan sebagai pengajaran praktik dan mempunyai beberapa standar perencanaan yang kuat, yakni mendorong adanya interaksi antar lingkungan terkait seperti interaksi antar siswa, guru dan masyarakat yang saling melengkapi serta menggambarkan belajar siswa secara mandalam, yang pada akhirnya dapat membantu siswa menjadi sadar untuk meningkatkan dirinya sebagai pembaca dan penulis yang baik.
2). Guru dapat menggunakan asesmen portofolio untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam mengkonstruksi dan merefleksikan suatu pekerjaan/tugas/karya dengan mengoleksi atau mengumpulkan bahan yang relevan dengan tujuan dan keinginan yang dikonstruksi oleh siswa sehingga hasil kontruksi dapat dinilai dan dikomentari guru.
3). Siswa mengerjakan tugas‑tugas yang diberikan paling sedikit dua kali. Artinya jika dalam pengerjaan awalnya terdapat kesalahan, maka siswa diberi kesempatan untuk membuat revisi tugas tersebut. Seorang telah mengerjakan tugas yang sama beberapa kali akan mengetahui bahwa usaha yang dilakukannya cenderung menjadi lebih baik, sejalan dengan perbaikan yang dilakukannya. Hal ini akan dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa bahwa dia mampu untuk menyelesaikan tugas‑tugas yang diberikan.
4). Pengumpulan dan asesmen dilaksanakan berkelanjutan terhadap pekerjaan siswa sebagai fokus sentral kegiatan pembelajarannya.
5). Portofolio digunakan secara terus menerus bukan hanya dilaksanakan pada akhir periode atau pada waktu‑waktu tertentu. Portofolio merupakan kegiatan yang mengikutsertakan siswa secara aktif dalam mengumpulkan pekerjaan (dokumen‑dokumen) mereka untuk meyakinkan supervisor, guru dan orang tua siswa, bahwa sesuatu yang baik telah berlangsung di dalam kelas.

Isi dari portofolio dapat bervariasi menurut tujuannya, di mana akan digunakan, dan jenis‑jenis kegiatan penilaian yang digunakan dalam kelas. Johnson dan Johnson (dalam Hartini, 2006:2-3) menyebutkan butir‑butir yang relevan dimasukkan ke dalam portofolio, diantaranya (1) pekerjaan rumah, tugas-tugas di kelas, (2) tes (buatan guru, curriculum supplied), (3) komposisi (essay, laporan, cerita), (4) presentasi (rekaman, observasi), (5) investigasi, penemuan, proyek, buku harian atau jurnal, (6) ceklis observasi (guru, teman sekelas), (7) seni visual (melukis, pahatan, puisi), (8) refleksi diri dan ceklis, (9) hasil-hasil kelompok, (10) bukti kecakapan sosial, (11) bukti kebiasaan dan sikap kerja, (12) catatan anekdot, laporan naratif, (13) hasil-hasil tes baku, (14) foto, sketsa otobiografi, dan (15) kinerja.

Sedangkan Nur (dalam Yus, 2006: 55) memberikan daftar singkat item-item yang terdapat pada portofolio yaitu (1) tabel isi, (2) tulisan atau catatan yang diambil dari buku catatan siswa atau jurnal sains siswa, (3) ulangan harian, (4) asesmen kinerja, (5) pengorganisasi grafis, seperti peta konsep, outline, atau diagram alir, (7) model asli buatan siswa, (8) kegiatan-kegiatan pengembangan keterampilan proses, (9) lembar evaluasi-diri, (10) gambar, foto, karya seni, (10) soal-soal, (11) rekaman video, rekaman audio, (12) data eksperimen atau pengamatan, (13) karangan, (14) laporan tentang topik-topik sains, dan (15) penelitian ilmiah.

Dalam menentukan isi dari portofolio itu sendiri dapat dilakukan oleh pihak-pihak terkait seperti berikut: 1). Siswa. Siswa dapat memutuskan apa yang akan dimasukkan ke dalam portofolio mereka. 2). Kelompok pembelajaran kooperatif siswa. Kelompok ini dapat merekomendasikan tentang apa yang akan dimasukkan dalam portofolio. 3). Guru dan sekolah. Guru IPS misalnya menghendaki demonstrasi tentang kemampuan siswa menghubungkan manfaat Sumber Daya Alam dengan kehidupan sehari-hari. (Supranata dan Muhammad, 2004:34-35)
Sebagai instrumen penilaian, portofolio difokuskan pada dokumen tentang kerja siswa yang produktif, yaitu ‘bukti’ tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa, bukan apa yang tidak dapat dikerjakan (dijawab atau dipecahkan) oleh siswa. Bagi guru, portofolio menyajikan wawasan tentang banyak segi perkembangan siswa dalam belajarnya: cara berpikirnya, pemahamannya atas pelajaran yang bersangkutan, kemampuannya mengungkapkan gagasan-gagasannya, sikapnya terhadap mata pelajaran yang bersangkutan, dan sebagainya. Portofolio penilaian bukan sekedar kumpulan hasil kerja siswa, melainkan kumpulan hasil siswa dari kerja yang sengaja diperbuat siswa untuk menunjukkan bukti tentang kompetensi, pemahaman, dan pencapaian siswa dalam mata pelajaran tertentu. Portofolio juga merupakan kumpulan informasi yang perlu diketahui oleh guru sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah perbaikan pembelajaran, atau peningkatan Prestasi belajar siswa.
Portofolio siswa untuk penilaian merupakan kumpulan produksi siswa, yang berisi berbagai jenis karya seorang siswa, misalnya:
1. Hasil proyek, penyelidikan, atau praktik siswa, yang disajikan secara tertulis atau dengan penjelasan tertulis.
2. Gambar atau laporan hasil pengamatan siswa, dalam rangka melaksanakan tugas untuk mata pelajaran yang bersangkutan
3. Analisis situasi yang berkaitan atau relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan
4. Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah, dalam mata pelajaran yang bersangkutan
5. Laporan hasil penyelidikan tentang hubungan antara konsep-konsep dalam mata pelajaran atau antarmata-pelajaran
6. Penyelesaian soal-soal terbuka
7. Hasil tugas pekerjaan rumah yang khas, misalnya dengan cara yang berbeda dengan cara yang diajarkan di sekolah, atau dengan cara yang berbeda dari cara pilihan teman-teman sekelasnya
8. Laporan kerja kelompok
9. Hasil kerja siswa yang diperoleh dengan menggunakan alat rekam video, alat rekam audio, dan komputer.
10. Fotokopi surat piagam atau tanda penghargaan yang pernah diterima oleh siswa yang bersangkutan.
11. Hasil karya dalam mata pelajaran yang bersangkutan, yang tidak ditugas-kan oleh guru (atas pilihan siswa sendiri, tetapi relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan)
12. Cerita tentang kesenangan atau ketidaksenangan siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan
13. Cerita tentang usaha siswa sendiri dalam mengatasi hambatan psikologis, atau usaha peningkatan diri, dalam mempelajari mata pelajaran yang bersangkutan.
14. Laporan tentang sikap siswa terhadap pelajaran

9. Keuntungan Menggunakan Portofolio
Pengetahuan tidak datang dan masuk ke dalam benak siswa seperti hujan turun dan meresap ke dalam tanah. Untuk memperoleh pengetahuan, siswa harus ‘berjuang’ dengan mencerna informasi yang datang dari guru, informasi dari media cetak (bahan tertulis), informasi yang terkandung di dalam benda-benda yang dijumpainya, dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk memperoleh pengetahuan, siswa harus ‘aktif’, atau ‘belajar secara aktif’. Oleh karena itu, dalam kelas yang ideal, siswa harus melakukan ‘penyelidikan’ memecahkan masalah, mengeksplorasi gagasan-gagasan dengan menggunakan benda-benda konkret, menggunakan media pembelajaran, mengerjakan hal-hal tersebut secara mandiri dan secara berkelompok, atau dengan bekerja sama dalam kelompok kecil, mengungkap-kan gagasan-gagasan baik secara tertulis maupun secara lisan.
Agar siswa memahami materi pelajaran, siswa perlu:
1. berusaha memecahkan masalah nyata yang sesuai dengan perkembangan dan pengalamannya;
2. bekerja baik mandiri maupun dalam kelompok,
3. melakukan berbagai kegiatan seperti: menganalisis masalah, menjelaskan masalah, membuat dugaan atau terkaan tentang pemecahan masalah, menilai kebenaran pemecahan masalah, melakukan eksplorasi yang relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan.
4. menggunakan pengetahuannya dalam menghadapi masalah-masalah nyata
5. menggunakan berbagai alat bantu yang sesuai untuk meningkatkan pemahaman materi pelajaran
6. mengomunikasikan materi pelajaran secara lisan dan tertulis.
7. mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran ybs.

Salah satu prinsip pembelajaran adalah “Mulai dari konkret ke abstrak”. Prinsip itu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi tentang suatu perkara yang dipilihkan oleh guru. Siswa akan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran dan penilaian, jika siswa juga ikut memilih hal yang harus dieksplorasi, sesuai dengan minatnya atau gaya belajarnya. Portofolio merupakan tempat bagi siswa untuk secara aktif memilih hal yang dieksplorasi, dan menunjukkan bukti tentang kompetensi siswa, di luar hasil tes. Dengan kata lain, di samping mengaktifkan siswa, portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut serta dalam penilaian atas dirinya.

Tes yang lazim pada masa-masa lalu kebanyakan lebih menekankan pentingnya menilai pemahaman materi pelajaran daripada pengetahuan siswa tentang kaidah, algoritma, prosedur, dan cara berpikir. Dalam hal pembelajaran yang menuntut penguasaan materi serta pemilikan keterampilan dan sikap yang baik, akan lebih baik jika digunakan instrumen penilaian yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya dalam memecahkan masalah, bernalar, berkomunikasi, melakukan penyelidikan, dan berkreasi. Untuk maksud tersebut, portofolio merupakan salah satu instrumen yang cocok. Siswa Sekolah Dasar tentu berpendapat bahwa materi pelajaran yang “penting” adalah materi yang diujikan atau yang sering muncul dalam tes. Dengan portofolio, yang semua isinya akan dinilai, siswa dapat diharapkan akan memberikan perhatian yang tinggi pula kepada bagian-bagian yang tidak diujikan atau tidak masuk dalam tes.

Jika guru ingin agar siswanya suka melakukan penyelidikan atau melakukan eksplorasi, tidak sekedar menghafal, dan siswanya tidak mudah melupakan materi tertentu, maka penggunaan portofolio penilaian merupakan jalan yang cocok untuk maksud itu. Belajar merupakan proses yang panjang. Untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang sesuatu, siswa memerlukan banyak pengalaman (banyak membaca, banyak merenungkan, banyak komunikasi, memecahkan banyak masalah, dan sebagainya.). Pembentukan gambar tentang kompetensi siswa juga memerlukan berbagai instrumen penilaian. Portofolio yang berisi koleksi produk siswa, dan laporan proses yang dilalui oleh siswa, yang meliputi rentang waktu yang panjang, dapat memberikan gambaran yang relatif lengkap tentang perkembangan dan kompetensi siswa yang bersangkutan.
Penggunaan portofolio untuk penilaian juga bermanfaat, karena hal-hal berikut:
1. Portofolio menyajikan atau memberikan:“bukti” yang lebih jelas atau lebih lengkap tentang kinerja siswa daripada hasil tes di kelas
2. Portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang sesuai dengan program pembelajaran yang baik
3. Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan siswa
4. Portofolio memberikan gambaran tentang kemampuan siswa
5. Penggunaan portofolio penilaian memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas.
6. Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan pengakuan atas bervariasinya gaya belajar siswa.
7. Portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam penilaian hasil belajar
8. Portofolio membantu guru dalam menilai kemajuan siswa
9. Portofolio membantu guru dalam mengambil keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan pembelajaran
10. Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap untuk berdiskusi dengan orang tua siswa, tentang perkembangan siswa yang bersangkutan.
11. Portofolio membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran yang bersangkutan

10. Kelemahan Penggunaan Portofolio
Penggunaan portofolio juga memiliki kelemahan atau menghadapi kesulitan. Kelemahan atau kesulitan itu, antara lain:
1. Penggunaan portofolio tergantung pada kemampuan siswa dalam menyampaikan uraian secara tertulis. Selama siswa belum lancar berbahasa tulis Indonesia, penggunaan portofolio akan merupakan beban tambahan yang memberatkan sebagian besar siswa.
2. Penggunaan portofolio untuk penilaian memerlukan banyak waktu dari guru untuk melakukan penskoran; apalagi kalau kelasnya besar.
Oleh karena itu, portofolio yang ditugaskan untuk dibuat perlu disesuaikan dengan kemampuan siswa berbahasa tulis Indonesia dan waktu yang tersedia bagi guru untuk membacanya.

11. Landasan Pemikiran dan Prinsip Pembelajaran Berbasis Portofolio
Budimansyah (2002:4-7) secara garis besar menyatakan bahwa landasan pemikiran pembelajaran berbasis portofolio adalah sebagai berikut :

1) Empat pilar pendidikan
Empat pilar pendidikan sebagai landasan model pembelajaran berbasis portofolio adalah learning to do, learning to know, learning to be, dan learning to liver together, yang dicanangkan oleh UNESCO.
2) Pandangan Konstruktivisme
Pandangan konstruktivisme menganggap semua peserta didik mulai dari usia taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan dan pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa atau gejala lingkungan di sekitarnya. Beberapa bentuk kondisi belajar yang sesuai dengan filosofi konstruktivisme antara lain : diskusi yang menyediakan kesempatan agar peserta didik mau mengungkapkan gagasan atau pendapatnya, pengujian dan hasil penelitian sederhana, demonstrasi dan peragaan prosedur ilmiah, dan kegiatan praktis lain yang memberi peluang peserta didik untuk mempertajam gagasannya
3) Democratic Teaching
Democratic teaching adalah suatu upaya menjadikan sekolah sebagai suatu pusat kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis. Secara singkat democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik. Seperti: 1) Pembelajaran melalui perangkat elektronik komputer yang tersambung ke internet, dimana peserta didik berupaya memperoleh bahan belajar sesuai dengan kebutuhannya. 2).Teknik atau cara belajar mengungkapkan nilai yang terdapat pada suatu pokok bahasan, cerita, peristiwa, tempat dan sebagainya (Fajar 2004:49-50). 3). peserta didik harus diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya. 4). Meningkatkan interaksi dengan lingkungannya sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya. 5). Diharapkan hasil interaksi dengan lingkungannya itu dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya. 6). Dan kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi (Budimansyah 2002:4).
Dalam pembelajaran portofolio, ada empat prinsip dasar, yaitu : 1) Cooperative Group Learning (Kelompok Belajar Kooperatif) Kelompok belajar kooperatif merupakan proses pembelajaran yang berbasis kerja sama ; 2) Student Active Learning (Prinsip Belajar Siswa Aktif) Proses belajar berpusat pada siswa. Aktivitas siswa hampir di seluruh proses pembelajaran, dari mulai fase perencanaan kelas, kegiatan lapangan, dan pelaporan ; 3) Pembelajaran Partisipatorik yang merupakan pembelajaran bagi siswa untuk belajar hidup berdemokrasi ;4) Reactive Teaching Model pembelajaran berbasis portofolio mensyaratkan guru yang reaktif. Sebab banyak siswa ragu bahkan malu untuk mengemukakan pendapat.

J. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka diatas dapat dirumuskan hipotesis Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut ”Apabila dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas IV C SD Negeri 1 Metro Utara, guru menerapkan Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio , dan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di SD Negeri tersebut.”

K. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Istilah Penelitian Tindakan Kelas dipakai untuk menekankan kelas sebagai setting dari penelitian. Dalam konteks penelitian kelas lebih ditekankan pada bagaimana keterampilan teknik yang dimiliki guru bisa menggali informasi untuk kepentingan perbaikan pembelajaran.
2. Objek Tindakan
Objek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah tentang Penerapan model pembelajaran baru yang akan diterapkan guru untuk meningkatkan prestasi belajar IPS yang dikarenakan pada tindakan-tindakan berikut ini yaitu prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang rendah, partisipasi aktif siswa rendah, dan variasi mengajar guru yang dirasa monoton. Adapun jenis tindakan yang diteliti adalah partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar, kerja sama dalam mengomunikasikan hasil belajarnya, keseriusan dalam mengerjakan suatu tugas, dan sikap kooperatif siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
3. Subjek dan Setting penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVC SD Negeri I Metro Utara yang berjumlah 23 orang siswa selama proses belajar mengajar IPS melalui penerapan model pembelajaran dan penilaian berbasis portofolio. Seperti terlihat dalam tabel 2 berikut:
Tabel.2.1 Data Absensi Kelas IV C SD Negeri I Metro Utara Jalan Pattimura No. 136 Banjar Sari Metro Utara T. P 2009/2010

NO.
NO. INDUK
NAMA SISWA
KETERANGAN
1
4573
ALDA SULISTYA
P
2
4575
BAGAS KURNIAWAN
L
3
4622
DIANI ARDIANI WULANDARI
P
4
4576
DIKI RAMADHAN
L
5
4476
EDI SAPUTERA
L
6
4578
FEBI TRI WIJAYANTO
L
7
4417
FITRA JOKO SAPUTERA
L
8
4504
GALIH SETIAWAN
L
9
4580
HENDRA FEBRIANSYAH
L
10
4489
MONA VERAYANI
P
11
12
4509
4512
M. OKI SAPUTERA
OKTA VIA DWI PUSPITA
L
P
13
4557
NURLIA SAGITA
P
14
4595
RAPLI ALDI SAPUTERA
L
15
4501
RENY ERIYANTI
P
16
4599
SHELLA SAPITRI
P
17
4518
SITI SOPIANA
P
18
4622
SULTHON FALIH
L
19
4601
TIO ERMAWAN
L
20
4519
VICKY VERNANDO
L
21
4498
VIKI VRASETYO
L
22
4621
VIKRI ARISTA ARDIANSYAH
L
23
4583
YUDI MAULANA
L

KETERANGAN: L =18, P = 8
(Sumber: Sulistyoningsih. Data Absensi Kelas IV C SDN I Metro Utara T.P. 2009/2010)

Adapun Setting penelitian ini adalah SDN I Metro Utara yang beralamat di Jalan Pattimura No.136 Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara Kota Metro.
4. Faktor yang Diselidiki
Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah Siswa, yaitu dengan melihat kemampuan siswa kelas IVC SD Negeri I Metro Utara melalui penerapan model pembelajaran dan penilaian berbasis portofolio, apakah prestasi belajar mereka akan mengalami peningkatan?

5. Rencana Tindakan
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Untuk dapat melihat prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPS , maka diberikan tes diagnosis yang berfungsi sebagai evaluasi awal. Observasi awal ini dilakukan untuk dapat mengetahui tindakan yang tepat yang diberikan dalam rangka peningkatan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
Dari evaluasi dan observasi awal maka dalam refleksi akan ditetapkan bahwa tindakan yang dipergunakan untuk meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV adalah melalui penerapan model pembelajaran dan penilaian berbasis portofolio. Berdasarkan pada refleksi awal, maka PTK ini dilaksanakan dengan prosedur pokok yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting) dalam tiap siklusnya.

Orientasi Lapangan/Observasi awal
Siklus I
Siklus II
Analisis Reflektif 2

Observasi 1
Siklus III
Observasi 3
Rencana 1
Perbaikan rencana 3

Tindakan 1
Tindakan 3
Observasi 2
Dan seterusnya
Perbaikan rencana 2
Tindakan 2
Analisis Reflektif 1Rencana penelitian ini dapat dilihat dalam siklus sebagai berikut:

















dst.....................
Siklus penelitian tindakan kelas dari Hopkins 1992 (dalam Muslich, 2009:43) dalam terjemahan bahasa Indonesia.

6.Langkah-langkah Tindakan:
§ Pada siklus I : pada siklus pertama materi pokok yang menjadi tema pembelajaran adalah ”Persebaran Sumber Daya Alam”, Kompetensi Dasar: ”Menyebutkan dan mengklasifikasikan macam-macam Sumber Daya Alam”. Kegiatan ini diawali dengan penyusunan skenario pembelajaran, yaitu penyusunan RPP. Selanjutnya guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan materi pokok yang telah dipersiapkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Setelah selesai melakasanakan kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan tes formatif. Setelah itu guru/mahasiswa dan teman sejawat yang mengamati jalannya kegiatan pembelajaran melakukan refleksi tentang jalannya kegiatan pembelajaran, refleksi tentang apa kekurangan dan kelebihan kegiatan pembelajaran pada siklus I, hal ini dilakukan agar pada siklus selanjutnya ada perbaikan. Refleksi dilakukan pada saat selesai kegiatan pembelajaran, jadi langsung direfleksi tanpa harus ditunda-tunda.
§ Pada Siklus II : Materi pembelajaran dalam siklus II adalah dengan tema ”Persebaran Sumber Daya Alam ” Kompetensi Dasar : ”Mengidentifikasi sumber-sumber alam di Indonesia dan memanfaatkannya bagi kehidupan masa kini dan masa yang akan datang”. Penelitian diawali dengan penyusunan skenario pembelajaran RPP II yang bercermin pada apa yang telah di dapat pada siklus I. Setelah skenario perbaikan siklus II selesai barulah tindakan pembelajaran dilakukan. Materi pokok dan indikator hampir sama dengan siklus I, Materi Pembelajaran harus sesuai dengan Rencana Perbaikan Pembelajaran yang telah direncanakan. Setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan guru melakukan tes formatif yang hasilnya dapat di ketahui langsung (evaluasi). Setelah melakukan tes, guru merefleksi tindakan pada siklus II, guru juga membandingkan apakah ada peningkatan hasil belajar, hal ini dapat diketahui dengan membandingkan hasil dari evaluasi tes formatif.
§ Siklus III : Materi pembelajaran dalam siklus III dengan Tema : ”Persebaran Sumber Daya Alam” Kompetensi Dasar : ”Memahami hubungan antar manusia dengan lingkungan sosial, budaya dan alam, serta dapat berusaha menjaga kelestarian Sumber Daya Alam di lingkungan setempat”. setelah guru melakukan refleksi pada siklus II guru memperbaiki apa yang kurang dalam kegiatan pembelajaran di siklus II. Berdasarkan perbaikan tersebut guru menyusun kembali skenario pembelajaran III dalam Rencana Perbaikan Pembelajaran, lalu dilakukan tindakan. Materi pokok dan indikator hampir sama dengan siklus I dan II tetapi pada siklus III sudah ada peningkatan pembelajaran untuk setiap pokok bahasan. Setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan guru melakukan tes formatif yang hasilnya dapat di ketahui langsung (evaluasi). Setelah melakukan tes, guru merefleksi tindakan pada siklus III, guru juga membandingkan apakah ada peningkatan prestasi/hasil belajar, hal ini dapat diketahui dengan membandingkan hasil dari evaluasi tes formatif. Setelah semua data didapat barulah guru/mahasiswa menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas. Berikut disajikan rincian rencana tidakan:
Tabel .2.2. Rincian Rencana Tindakan Siklus I.

a. Perencanaan:

No
Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah
1.
Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar yakni dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2.
Menentukan pokok bahasan yang akan dijadikan materi bahasan pada penelitian
3.
Mengembangkan skenario pembelajaran
4.
Menyiapkan sumber belajar
5.
Mengembangkan format evaluasi
6.
Mengembangkan format observasi
b.Tindakan:Menerapkan tindakan mengacu pada skenario dan RPP yang telah dibuat.
c.Observasi: Observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan menggunakan instrumen yang telah tersedia. Fokus pengamatan adalah kegiatan siswa dalam mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan skenario pembelajaran.
d. Refleksi :
Hasil observasi dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja yang harus menjadi perhatian pada tindakan berikutnya.

Tabel 2.3. Rincian Rencana Tindakan Siklus II
a. Perencanaan:
No
Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah
1.
Mempelajari hasil refleksi tindakan pertama dan menggunakannya sebagai masukan pada tindakan siklus ke dua
2.
Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar yakni dengan membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP).
3.
Mengembangkan program tindakan II

b.Tindakan:
Pelaksanaan program tindakan II
c. Observasi:
Pengamatan dan pengumpulan data tindakan II
d. Refleksi :Evaluasi tindakan II Siklus-siklus berikutnya, kesimpulan, saran, rekomendasi (Sumber : Arikunto, dkk. 2006:91-92 )
Tabel 2.4. Rincian Rencana Tindakan Siklus III
a. Perencanaan:
No
Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah
1.
Mempelajari hasil refleksi tindakan kedua dan menggunakannya sebagai masukan pada tindakan siklus ketiga
2.
Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar yakni dengan membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP).
3.
Mengembangkan program tindakan III


b. Tindakan:
Pelaksanaan program tindakan III
c. Observasi:
Pengamatan dan pengumpulan data tindakan III
d. Refleksi :Evaluasi tindakan III Siklus-siklus berikutnya, kesimpulan, saran, rekomendasi (Sumber : Arikunto, dkk. 2006:91-92 )
L. Instrumen Pengumpulan Data

Selama mengadakan pengamatan digunakan beberapa perlengkapan instrumen yaitu:
1. Lembar pengamatan aktivitas siswa untuk mengumpulkan data tentang aktivitas kegiatan pembelajaran.
2. Lembar observasi terfokus yang digunakan untuk mencatat tindakan guru selama pembelajaran yang dilakukan oleh guru mitra atau teman sejawat.
3. Tes hasil belajar disusun berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran khusus, perangkat tes tersebut digunakan pada uji terakhir yang dilaksanakan setelah selesai kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya.



Tabel. 2.5 Jenis data dan metode pengumpulan data
No
Jenis Data-Data
Metode
1

2

3
Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
Aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran
Hasil belajar siswa
Lembar observasi

Lembar Observasi

Tes akhir


M. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah data kuantitatif melalui tes formatif yaitu hasil belajar siswa (nilai) dan data kualitatif melalui observasi.
1.Data kuantitatif:
Tabel 2.6 data hasil belajar tiap siklus
No
Nama Siswa
Nilai
Peningkatan
Tes awal
Tes Akhir
1.
Alda Sulistya



2.
Bagas Kurniawan



3.
Diani Ardiani.W



4
Dst...



Keterangan:
Nilai = jumlah jawaban benar
Peningkatan = nilai tes akhir – nilai tes awal
Data kuantitatif dalam penelitian ini juga didapat dengan menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus:
=
n
Keterangan;
= nilai rata-rata siswa
= total nilai yang diperoleh siswa
n = banyaknya siswa

2.Data kualitatif:
Tabel. 2.7 Contoh data untuk melihat aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.


Nama Siswa : Sulthon Falih Kelas : IV C
Kegiatan : Mengidentifikasi Sumber Daya Alam di lingkungan setempat
Hari Tanggal : Kamis, 23 februari 2010

No
Aktivitas
Penilaian


Baik
Cukup
Kurang
1.
Aktivitas dalam penyelesaian tugas
X


2
Saran atau usul untuk penyelesaian tugas
X


3.
Tugas yang dikerjakan dalam batas waktu yang diberikan
X


4.
Kontribusi keaktifan dalam kelompok
X


5
Perasaan saat menyelesaikan tugas
X



Catatan dan komentar:

a. Siswa :.............................................................................................................

b. Guru :..............................................................................................................

c. Orang Tua :..............................................................................................................




1. Sumber data

Sumber data penelitian ini berupa wawancara, aktivitas pembelajaran portofolio, dokumentasi, situasi dan peristiwa yang dapat diamati berkaitan dengan kinerja siswa dan guru saat penerapan model pembelajaran dan penilaian berbasis portofolio pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dikelas.

2. Jenis data
Jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif dan kualitatif yang terdiri dari hasil belajar, rencana belajar dan data hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dan penilaian portofolio dan jurnal.
3. Cara pengambilan data
a. Observasi partisipan (Participant Observation)
b. Data hasil belajar diambil dengan memberikan nilai portofolio yang telah dibuat oleh siswa.
c. Data tentang situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakannya tindakan diambil saat peneliti mengajar di kelas.
d. Data tentang refleksi diri serta perubahan-perubahan yang terjadi di kelas, diambil dari jurnal harian yang dibuat oleh guru.
e. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan didapat dari RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan RPP (Rencana Perbaikan Pembelajaran.
N. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan prestasi belajar IPS oleh siswa pada setiap siklusnya. Sebagai indikator keberhasilan kinerja penelitian peningkatan prestasi belajar IPS melalui Penerapan model pembelajaran dan Penilaian berbasis portofolio pada siswa kelas IVC SD Negeri I Metro Utara adalah adanya peningkatan nilai rata-rata IPS. Yaitu dari nilai sebelum digunakannya model pembelajaran portofolio dengan persentase 100% dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas dalam belajar atau nilai rata-rata kelas di atas 6,5.

O. Jadwal Penelitian

Jadwal pelaksanaan penelitian “Penerapan Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio Dalam Peningkatan Prestasi Belajar IPS Pada Siswa kelas IVC SD Negeri I Metro Utara Tahun Pelajaran 2009/2010.”

No
Kegiatan

Waktu Penelitian/Bulan

November
Desember
Januari
Frbruari

1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

1
Persiapan

X
X
X
X
X
X
X
X









2
Pelaksanaan Siklus I









X









a.Perencanaan Tindakan









X









b.Pelaksanaan Tindakan dan Observasi









X









c.Analisis dan Refleksi









X








3
Pelaksanaan Siklus II










X








a. Perencanaan Tindakan










X








b.Pelaksanaan Tindakan dan Observasi










X








c.Analisis dan Refleksi










X







4
Pelakssanaan Siklus III











X







a.Perencanaan Tindakan











X







b.Pelaksanaan Tindakan dan Observasi












X






c.Analisis dan Refleksi












X
X




5
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian













X





a.menyusun draft Hasil Penelitian













X
X




b.Menyelenggarakan Seminar draft hasil penelitian















X


6
Penggandaan, penjilidan dan Pengiriman Hasil
















X


Keterangan: Tanda (X) adalah waktu yang di tetapkan dalam tahapan penelitian.


DAFTAR PUSTAKA



Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosda Karya:
Bandung

Admiharja, Mintarsih. 2006. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

A.M, Sadirman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara: Jakarta.

------------------------, dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara: Jakarta.

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Yrama Widya: Bandung.

Azwar, Saifuddin.1998. Tes Prestasi Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio. PT. Genesindo: Bandung.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Balai Pustaka: Jakarta.

----------------------------------------. 2002. Model Pembelajaran Sekolah Dasar.
Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

Fajar, Arnie. 2004. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Bumi Aksara: Jakarta.

--------------------. 1983. Metode Belajar & dan Kesulitan-kesulitan Belajar.
Transito: Bandung.

-------------------. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara
Hartini, Sulistiawati dkk. 2006. Portofolio Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Sekolah Dasar Kelas 4. Erlangga: Jakarta.
Kisno, dkk. 2006. Laporan Observasi Mengenai kondisi fisik SD Negeri I Metro Utara Dalam Program P4KA, Makalah disampaikan pada seminar hasil observasi Mahasiswa PGSD UPP Metro.

_________. 2007. Laporan Hasil Observasi Tentang Administrasi di Sekolah Dasar Dalam Program P4KA , Laporan disampaikan pada saat penyerahan hasil observasi di SD Negeri I Metro utara Kota Metro.

_________. 2008. Laporan Hasil Observasi Mengenai Kondisi Psikososial Kelas Dalam Interaksi Edukatif Antara Guru Dengan Siswa Melalui Program P4KA, Laporan disampaikan pada saat penyerahan hasil observasi di SD Negeri Metro Utara Kota.Metro.

_________. 2009. Laporan Hasil Observasi Tentang Analisis Kurikulum, Silabus dan RPP di Sekolah Dasar Dalam Program P4KA, Laporan disampaikan pada saat penyerahan Hasil Observasi di SD Negeri I Metro Utara Kota Metro.

Munib, Achmad. 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. UPT UNNES PRESS: Semarang.

Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah Pedoman Praktis bagi Guru Profesional. Bumi Aksara: Jakarta.

Natawidjaja, Rochman dan L.J Moleong. 1985. Psikologi Pendidikan untuk SPG. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.

Poerwadarminta, WJS. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rusoni, Elin. 2001. Portofolio dan Paradigma Baru dalam Penilaian Matematika. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/cgi-bin/library?e=d-00000-00---0skripsi--00-1--0-10-0---0---0prompt-10---4-------0-1l--11-en-50---20-about---00-3-1-00-11-1-0utfZz-8-00&a=extlink&rl=0&href=http:%2f%2fwww.depdiknas.go.id. (13 Februari 2007).
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta.

Soewarso, 2000. Cara-cara Penyampaian Pendidikan Sejarah Untuk Membangkitkan Minat Peserta Didik Mempelajari Bangsanya.Depdiknas.

Suharya, Toto. 2007. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/cgi-bin/library?e=d-00000-00---0skripsi--00-1--0-10-0---0---0prompt-10---4-------0-1l--11-en-50---20-about---00-3-1-00-11-1-0utfZz-8-00&a=extlink&rl=0&href=http:%2f%2fwww.duniaguru.com
Sujana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya: Bandung.
Supriatna, Nana dkk. 2007. Pendidikan IPS SD. UPI PRESS: Bandung
Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2004. Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum 2004. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Syah, Muhibbin.2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setyawati. 1993.Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Wina, Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.
WS, Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. PT. Gramedia: Jakarta.

Yus, Anita. 2006. Penilaian Portofolio Untuk Sekolah Dasar. Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan: Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar